1st Ciremai Weekend Adventure
Bolanger Notes » 1st Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
- Ciremai Weekend Adventure
Aku lupa apakah aku pernah menuliskannya atau belum tetapi yang pasti kali ini aku masih dalam proses perencanaan muncak (lagi) ke siti hinggil di jawa barat itu, sehingga kenangan seru perjalanan sebelumnya kembali hadir, dan kenapa tidak aku tuliskan saja to?,
Yup awalnya makjegagik alias makbedunduk tiba-tiba aku berada di cirebon dan harus stay di cirebon untuk entah sampai kapan, dan orang-orang baru, kultur baru, suasana baru, adalah keharusan yang harus aku kompromikan, begitu juga cerita pendakian baru jawa barat, akan segera dimulai dari Ciremai.
Entah siapa yang mereferensikan aku untuk menjadi salah satu “pengiring” seorang expatriat yang gila hiking, benar aku hanyalah salah satu dari enam pengiring yang berkesempatan, mereka adalah bro Tarsono, Bro Subagio, Bro Rudi Handono, dan pakdhe Roy, sedang yang menjadi leader dan satu-satunya yang sudah pernah muncak Ciremai diantara kami adalah Hyang Lim, seorang korean yang hiker banget.
Persiapan seadanya segera aku lakukan, lalu update info selanjutnya adalah, trekking akan dilakukan malam hari, dan akan menjadi tektok trip alias setelah sunrise kami akan langsung cau balik turun, oleh karenanya day pack merupakan pilihan gear yang tepat, karena urusan tenda dan air sudah ada dua orang porter yang dihire oleh si expat, mayaaan
Sabtu sore, kami semua sudah berkumpul di sekre dinas terkait setempat untuk registrasi dan kordinasi dengan porter, setelahnya kami langsung menuju Palutungan untuk memulai trekking.
Tercatat langkah pertama kami trekking setelah selesai doa bersama adalah jam 17:07 jadi masih banyak petani yang belum pulang dari ladangnya, masih terlihat jelas hijaunya sayuran, ranumnya buah-buahan, dan sapaan meriah para bocah di ujung kampung mengiringi langkah kami, yup mereka begitu ramah.
Tak seberapa lama kami tiba di post cigowong yang merupakan satu2nya pos dengan sumber air, disana kami sholat magrib lalu rehat ngopi, sekalian dinner bray...
Restart menuju pos selanjutnya kami mulai sehabis sholat isya’, kondisi sudah gelap sangat, bintang langit sembunyi di rimbunnya pepohonan, tapi stamina dan semangat masih fresh! Kami berjalan perlahan dengan sesekali ngobrol, satu porter di depan sekaligus guide dan satu lainnya di ujung belakang sebagai sweapernya.
Belum ada jarak yang antar kami berdelapan secara deretan hingga sampai di pos 2, yup langkah kami masih stabil, disana kami langsung rebah dan badan udah berkeringat basah, sebotol air sudah habis selama perjalanan dari pos cigowong sampai pos2, sebuah instruksi terucap;
“ kita rehat berhenti melangkah setiap 15 menit, dan istirahat 5 menit sebelum kembali melangkah ke 15 menit selanjutnya”
Wew !
Langkah mulai gontai dan pundak terasa terikat erat, entah sudah berapa botol air mineral abis, dan jarak pun renggang semakin jauh, didepan ada porter dan aku, lalu 17 meter dibelakang ada pak Lim beserta yang lain, sedang dua orang terakhir adalah pakdhe Roy dan porter.
Stamina sudah drop dan timing pun tidak lagi stabil, dimana saat yang paling depan harus menunggu yang paling belakang untuk kembali start bareng, maka akan semakin membuat stamina yang terakhir keteteran. Dan usia memang tidak bisa dibohongi
Gelap malam cukup membuat kerepotan dalam memilih tapak pijak, tetapi disisi lain kita tidak perlu untuk melihat puncak dikejauhan, lalu kecewa setelah tau jika ternyata tidak sedekat itu untuk mencapainya, jalan dan terus berusaha bergerak maju, entah kapan akan sampai puncaknya.
Beruntung si porter sudah memperkirakan itu semua, sehingga di beberapa titik tertentu mereka mlipir kebalik semak lalu tiba-tiba nongol dengan sebotol besar air minum, ternyata mereka sudah menyiapkan di pendakian sebelumnya untuk kali ini, wew so smart!
Dan tentu saja, setiap ada kesempatan untuk rehat, maka langsung teparlah kami semua, maklum ini adalah kali pertama kami ke ciremai, dan perjalanan malam cukup mendukung untuk selalu terlelap disetiap rehat.. xixixixi.
Sekitar jam 04:37 kami sampai di goa walet, sebuah shelter yang berada 70-an meter dibawah puncak Ciremai, angin berhembus sangat kencang, istirahat kami manfaatkan semaksimal mungkin karena sudah tidak mungkin kami ngecamp dengan membangun tenda, yup dari awal memang style pendakian kali ini adalah tektok!.
Dengan intonasi khasnya, mbah Lim membangunkan kami semua untuk sunrise welcome, padahal baru berapa menit kami terlelap, aaarghhh begitu dingin jika di goa walet hannya tidur dibungkus sleeping bag saja tanpa tenda,
Namun begitu kami memang cukup beruntung karena mentari pagi sangat jelas terlihat, dan bayangan disebaliknya membentuk keteduhan yang luas dibawah sana, kami begegas naik menuju puncak, dengan kamera, sebotol minum, dan sebungkus cemilan cukuplah untuk muncak.
Yiiihaaa kini kami sudah berdiri di tanah tertinggi sejawa barat, wow view yang luar biasa dari puncak sana, thanks God! Semua capek dan lelahnya perjuangan kami menuju tempat ini terbayar lunas sudah, bahkan jika nanti saat perjuangan turun, sebanding dengan apa yang aku dapat saat itu.
Waktu berasa cepat berlalu sehingga ketika sadar angin semakin cepat berhembus dan terik mentari semakin menyengat, aku masih merasa belum puas menjelajahi puncaknya, entah sudah berapa banyak angle view yang sama yang aku photo, pokonya mah wow lah berada disana.
Masing masing dengan ritualnya sendiri, dan terlihat pak Lim menata menu sarapannya dengan rapi disalah satu sudut tebingnya menghadap hamparan luas nun jauh dibawah sana, yup mungkin dia sedang menikmati moment “sarapan di tempat paling tinggi”, segitu pula uniknya dengan temen2 yang lain, sedang sang porter santai mempersiapkan coffe morning dibawah sana.
Sekitar jam 8.17 kemudian kami bernjak turun dengan terlebih dulu mampir turun ke goa walet untuk sensasi lain yang mistis, yup secara pribadi aku merasakan ada getaran aneh yang kuat disana, kami explore keunikan goa dan sumur gonggo, kami berfoto disana dan ternyata sesuatu yang menempati tempat itu mungkin ingin menunjukkan eksistensinya dengan membentuk sebuah garis asap putih menghalangi kamera, yup tidak ada satupun diantara kami yang merokok saat itu dan kabutpun bersih, tapi ah sudahlah mungkin itulah sambutan hangat mereka pada kami.
Perjalanan turun menjadi lebih cepat, tetapi karena salah pakai sepatu, maka dua jam kemudian jalanku tertatih dan memaksa untuk lebih sering berhenti, namun begitu sisi lebihnya adalah interaksi antar kami jadi semakin personal dan dekat, beberapa moment istirahat termanfaatkan dengan obrolan yang sungguh berkualitas .
Sesampainya di post Cigowong, kami sempatkan mandi disejuknya sungai yang mengalir jernih, dan tentu badan kembali segar dan semangat lagi, disitu juga kami masak untuk makan kesiangan
Kami sampai di palutungan jam 4 sore dan kami berjalan layaknya robot, sangat kaku dan pincang, bakso panas di pos palutungan merupakan menu selebrasi keberhasilan kami tektok trekking ciremai untuk pertama kalinya.
OMG! Besok pagi aku adalah salah satu dari 3 orang member hiking saat itu yang tidak dapet cuti hari seninnya, dan artinya besok pagi aku harus mengalami bangun tidur dengan gemeretak tulang, tertatih ke kamar mandi, ganti baju sambil meringis, dan duduk di kursi kantor merupakan satu-satunya aktivitas pilihan yang bisa kami lakukan sepanjang hari... yup kakuuuuu semua sendi, ditambah pedihnya lecet kaki wew...
Dan pendakian ke ciremai hari itu, mengawali cerita perjalananku ketempat-tempat tinggi di jawa barat, dan Ciremai.... selalu membuat siapapun yang pernah kesana ingin kembali lagi suatu saat nanti.
Yup aku akan kembali !