Cadas gantung Mirat Majalengka
Bolanger Notes » Cadas gantung Mirat Majalengka
- Puncak cadas gantung majalengka
- model in pose cadas gantung mirat
- cadas gantung dari jalur kampung
- Jalur trekking cadas gantung majalengka
- Puncak cadas gantung majalengka
- Selfy Style di cadas gantung majalengka
- Cicarangan majalengka
- bukit batu sanghyang dora
- cadas gantung dari sanghyang dora
- View gunung windu dari cadas gantung
- Salah satu rongga batu sanghyang dora
- Jalur batu sanghyang dora
- Beringin spooky di cadas gantung mirat
- Cadas gantung mirat
- Cadas gantung leuwimunding
- Cadas gantung majalengka
- Cadas gantung juga friendly untuk bocah
- Model cadas gantung mirat
Destinasi ini sudah mulai di kenal sejak awal 2016 lalu dan Gelo Petualang adalah salah satu penggiat yang menjadikannya terkonsep secara komersial dan memulai viral di social media sebagai destinasi yang memanjakan mata dan lensa kamera.
Pada bulan-bulan terakhir ini secara serius potensi wisata tersebut mulai membuka mata perangkat desa dan organisasi pemuda setempat untuk mengelolanya, meski hingga saat catatan ini aku tuliskan pengelolaan itu masih sekitar lahan parker, retribusi, perbaikan jalur, dan pemasangan petunjuk arah, saja, namun aku yakin kedepannya jika dikelola dengan harmoni antara perangkat desa dan penggiat alam, maka akan Cadas Gantung Mirat akan menjadi salah satu ikon wisata alam Majalengka.
Apa itu Cadas gantung Mirat?
nah sesuai namanya maka Cadas gantung, memang secara jujur berupa Batu Cadas yang menggantung di tepian tebing, tidak seperti Cadas gantung satunya yang di Kabupaten Kuningan, dimana sejak pertama kesono hingga hari ini, aku masih bertanya, kenapa dinamakan cadas gantung, karena disana tidak aku temukan semacam batu Cadas yang eye catch dan menggantung, atau akunya yang belum ketemu cadas itu disana? asudahlah, toh ini tentang cadas gantung Mirat.
Ada beberapa spot batu cadas menggantung yang akan sangat eksotis jika menjepretnya dengan angle yang tepat, dan posisinya yang berada ditengah bukit / gunung Sanghyang Dora menjadikan Cadas Gantung Mirat cukup mudah dicapai dengan tak lebih dari 30 menit trekking.
Dimana Cadas Gantung Mirat ?
Destinasi ini berada di titik kordinat 6°44'22.6"S - 108°21'38.2"E dan bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor, mobil juga bisa tetapi harus mobil type city car ataupun yang berukuran kecil, karena ada akses jembatan yang menyempit dan jelas terpampang tulisan yang berisi LARANGAN bagi kendaraan besar untuk melewatinya, entah karena memang sempit, atau karena kekuatan yang terbatas dari jembatan tersebut menahan beban diatasnya.
Bagaimana Cara kesana
Dari kota Cirebon bisa ditempuh dengan waktu tak lebih dari 1 jam dengan motor, secara runutannya ada option sebagai berikut:
Jika Pakai Motor maka dari Cirebon ambil arah menuju Sumber, lanjut dari sumber ke Arah Majalengka via Bobos, yup Bobos merupakan area dimana kita bisa melihat bagaimana exploitasi alam sangat brutal dan ironi, kita bisa membuktikan bahwa sebesar apapu gunung dan bukit selalu bisa dihancurkan oleh keserakahan manusia, dan di Bobos inilah bisa dengan jelas disaksikan bukit semakin habis dikeruk sebagai penambangan batu alam, berderet pabrik pengolahan batu, showroom untuk hasil pengolahan batu, dan polusi debu karenanya bisa jelas dirasakan di jalur menuju Majalengka via Rajagaluh tersebut.
Sampai di pasar Rajagaluh, atau tepatnya pertigaan terminal Rajagaluh, kita ambil arah kanan yang menuju kecamatan leuwimunding, jalur masih beraspal dan lumayan lebar untuk mobil berpapasan, karena merupakan jalur shortcut menuju jalur pantura, volume kendaraan juga masih belum begitu padat.
Sekitar 10 menit dari pertigaan rajagaluh, disebelah kanan akan terlihat gugusan bukit yang salah satunya adalah lokasi cadas gantung berada, ikuti jalur utama tersebut hingga ketemu dengan Polsek Leuwimunding di sebelah kiri jalan, beberpa meter selanjutnya disebelah kanan jalan ada SD Mirat 3, nah tepat disebelah SD tersebut jalur desa Mirat menuju Cadas gantung, disitu sudah ada banner atau spanduk lumayan besar yang betuliskan Cadas Gantung dengan background photo yang cukup ngompor! Alias keyeen.
Ikuti jalur tersebut, abaikan persimpangan yang ditemui, tetap pilih jalur utama yang paling besar dan paling terlihat sering dilewati, hingga blusukan masuk kampong dan nanti pada persimpangan yang benar2 sama akan terlihat petunjuk arah yang jelas, ikuti terus dan sampailah di area parkIr Cadas Gantung Mirat.
Jika dengan kendaraan umum, tentu akan lebih seru, karena kudu berganti angkutan umum lebih dari dua kali, dan dilanjut dengan trekking blusukan kampong hingga area parker, plus trekking nanjak dari parker ke cadas gantungnya.
Dari Cirebon naik angkutan jurusan Bandung / Rajagaluh, di perempatan Panjalin sumberjaya turun, lalu ganti angkutan yang menuju Rajagaluh, nah turun di Polsek Leuwimunding, kemudian jalan kaki deh.
Area parker itu cukup untuk menampung lebih dari 50 motor, dan sepertinya akan segera dibangun area parker lain didekatnya, karena terlihat ada sepetak sawah yang sedang diproses alih fungsi untuk jadi lahan parker, area itu tepat berada di bawah pohon beringin yang gede dan lebat, sehingga keteduhan segera bisa dirasakan, dibawah pohon tersebut juga ada mata air yang membentuk sendang kecil, sehingga bisa dimanfaatkan untuk bersih-bersih, terlihat juga ada semacam toilet dua bilik, namun berasa spooky dan jebakan dunia lain… seyyeeem
Mekanisme parker juga simple, cukup dengan kartu nomor parker, dan biarkan mereka yang merapikan motor kita, udah gitu langsung bisa cabut memulai trekking nanjak menuju cadas gantung, belum ada tiket atau karcis masuk kawasan cadas gantung, yang artinya apapun resiko yang terjadi pada pengunjung, masih belum tanggung jawab pengelola sepenuhnya, karena mereka hanya memfasilitasi parker saja, cukup logis bukan?
Registrasi juga belum diberlakukan, makanya ketika salah seorang penjaga parker mengatakan sudah ada lebih dari dua ribu pengunjung, tentu itu hanya perkiraan saja, karena pastinya tidak ada data valid yang tertulis, karena kartu parker pun masih terbatas pada hitungan tiga digit, dan secara bergantian pindah dari satu motor ke motor yang laen, darimana angka 2000an tersebut?
Apa saja yang ada disana?
Ya sudah pasti main pointnya adalah batuan cadas segede gaban yang menggantung ditepian tebing, dimana dari atas batuan tersebut kita bisa memanjakan mata dengan view horizontal kecamatan leuwimunding dibawah sana, dan juga julang tinggi gunung-gunung yang ada disekitarnya, ada gunung Windu, gunung Guci, dan Sanghyang dora.
Sudah banyak angle photo spektakuler yang beredar di internet khususnya social media dari atas batu cadas gantung ini, dan memang dengan kemampuan dan insting standard saja view cadas gantung bisa dijadikan DP andalan di akun social media masing-masing pengunjung, itu pasti!
Keberadaan warug-warung di beberapa titik lokasi sepanjang jalur trekking, cukup membantu, membantu untuk berteduh, rehat, dan juga membantu yang kehausan, dan kelaperan, yup mereka menyediakan makanan dan minuman botol yang cepat saji, terhitung ada lebih dari 6 warung yang aku temui, dan mereka cukup smart untuk membangun lapak pada setiap titik batu gede berada.
Tapi bisa dipastikan keberadaan warug tersebut juga akan menimbulkan efek negative, dimana sampah plastic kemudian mulai terlihat liar bertebaran dimana-mana.
Memang, ada tersedia kantong tempat sampah di setiap warung,namun pengunjung yang membawa makanan danminumannya ke atas batu menjauhi warung, tentu hanya satu dari puluhan orang yang sadar untuk menyimpan sampahnya hingga kemudian dibuang pada kanting sekembalinya ke warung.
Cukup menjadi perhatian, mumpung masih sedikit dan belum kewalahan untuk mengantisipasinya.
Jika cuaca mendung atau teduh, maka menyeruput kopi hangat sambil melepas pandangan bebas kehamparan luas sana cukup menjanjikan kebetahan, wew bayangin deh, duduk selonjoran diatas batu yang gede menjulang, trus liar mlototin pemandangan bagus dikejauhan bawah sana, sambil maknyus menyeruput kopi… alamaaak !
Dan gak cukup sampai disitu, karena disana juga ada Cilarangan, yaitu sebuah destinasi ajib berupa tebing batu yang ajib untuk kegiatan rappelling dan cimbing, nah lebih ciamik lagi disalah satu sudut dinding batu itu terdapat air yang mengalir cukup deras meski tidak sampai mancur atau berada di ketinggina batu, tetapi sudah cukup untuk disebut dengan curug!, kalau kata mas parkirnya
“ ada air yang keluar dari batu besar “
Naah gunung Sanghyang Dora pun memiliki area camping area yang cukup untuk tiga atau empat tenda, dan posisi Sanghyang Dora itu sendiri adalah jauuh diketinggian atasnya Cadas Gantung, tentunya viewnya akan lebih mlongoable alias ciamik soro, karena jika dilihat dari cadas gantung, Sanghyang Dora mempunyai tebing batu cadas yang akan sangat selfiable jika kita berada diatasnya.
Mlipirable
Bukan bolang namanya jika tidak berusaha antimainstream dengan mendapatkan angle view yang beda daripada umumnya, dan moment explore Cadas Gantung Mirat itupun juga mlipirable begitu melihat ada tebing batu yang menggoda keinginan untuk check seberapa besar kemungkinan untuk menjadikannya jalur alternative menuju puncak Sanghyang dora, dan kalaupun mungkin untuk memuncakinya, akan seberapa besar effort yang harus dilakukan.
Saat yang lain terpana dengan view dibawah cadas gantung, aku bahkan serius memperhatikan ketinggian Sanghyang Dora, dan aku melihat adanya kemungkinan memuncakinya melewati tebing batu yang sepertinya bisa dibuka jalur padanya, namun dengan style ala wisatawan, ditambah lagi saat itu aku bareng junior dan bncenger tercinta, maka meskipun aku nekat mlipir, tentunya tidak cukup waktu yang aku butuhkan untuk membiarkan mereka menungguku turun dari tebing, kebimbangan itu mendapat angina segar ketika sang boncenger berkata
“ besok aja lah, kalo kamu pengen mendaki kesono, sekarang panas dan waktunya gak cukup, lagian aku ntar bete disini nungguinnya..”
Ahaaa yes!!!...besok aku kan kembali…
Tapi ternyata bonus 1 jam kemudian aku dapatkan juga, setelah kami dalam perjalanan pulang sempet rehat disalah satu warung, kebetulan si teteh pemilik arungnya welcome dan ngobrolable, sehingga boncenger dan junior bisa ditinggal 1 jam untuk aku pakai mlipir mencari jalur muncakin tebing Sanghyang Dora.
Dengan hanya membawa sebotol minum, aku mulai merebak lahan pertanian menuju bebatuan yang bertumpuk hingga ketinggian sana, jalur yang ada hanya sampai pada batas kebun, dan selanjutnya blank tidak pernah ada orang yang melewatinya, aku kemudian merebak semak dan tergores oleh putri malu yang tumbuh subur menyelimuti bebatuan.
Lalu merangkak dari satu batu ke batu yang lain menjadi menu selanjutnya, dan tetap dengan tumbuhan liar berduri aku berusaha mencapai batu tertinggi, permukaan batu cukup licin dengan beberapa rembesan air membasahinya, juga beberapa rongga batu aku jumpai dan sempet membuat aku merinding dengan bayangan hewan melata beracun tinggal nyaman didalamnya.
Hingga pada ketinggian yang hamper mencapai batu yang menjulang, aku putuskan untuk stop dan kembali turun, karena memang mlipir kali itu hanya aksi spontan tanpa perencanaan dan persiapan, sehingga akan beresiko jika terlalu jauh aku nanjak, bukan nanjaknya yang jadi masalah, akan tetapi proses turun nantinya yang lebih aku khawatirkan.
Tanpa sarung tangan, dengan semak subur berduri, sudah cukup membuataku meringis, ditambah dengan tidak adanya tali webbing yang pastinya akan sangat membantu, juga sepatu touring yang aku pakai tidak tepat untuk memanjat licinnya batu, lagian toh besok aku akan kembali dengan persiapan secukupnya.
Mlipirable kali ini hanya sekedar test dan check, memastikan bahwa ada kemungkinan memuncaki Sanghyang Dora via tebing batu, karena info terbaru saat aku ketik catatan ini, ada jalur setapak yang bisa sampai puncak sanghyang Dora, meski dengan memutari punggungan bukit yang durasinya hamper 2 jam.
Koreksi
Potensi Bahaya
Perlu diperhatikan sekali lagi, bahwa cadas gantung mirat merupakan tempat yang sebagian besar tujuan pengunjung kesana adalah untuk mendapatkan photo selfi terbaik, dan kita tahu bahwa selfy style sudah merenggut banyak korban nyawa, dan hal itu bukanlah tidak mungkin terjadi di cadas gantung yang notabene berupa cadas keras, menggantung di tepian tebing yang tinggi.
Belum ada tanda batas dimana seseorang boleh atau tidak boleh berada di titik tertentu cadas gantung, karena untuk dipagarpun juga malah akan mengurangi sisi alaminya, karena pilihannya aman tetapi tidak alami, atau alami tetapi tidak aman.
Bentuk cadas yang cenderung melengkung bulat, akan menjadi semu dimana titik aman seseorang berada ditepiannya,karena pasti semakin menepi ke jurang, photo akan semakin eksotik dan otomatis resiko akan semakin besar.
Perlu adanya perhatian khusus untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan jatuh dari ujung batu cadas, entah itu dengan pembatas berupa tali, pagar, atau hanya sebatas garis dan kalimat peringatan semacam
“ batas aman ” atau “ jangan melewati batas ini, berbahaya!” atau “ hati-hati, jatuh = pecah kepalamu!” atau semacamnya.
Sampah
Kesadaran para pengunjung yang sebagian besar adalah remaja labil, alayer, lebayer, dan narsiser, pada bagaimana cara membuang sampah yang benar masih sangat memprihatinkan, terlihat beberapa kali seseorang dengan seragam sekolahnya enteng melemparbuang bungkus minuman yang dibawanya disembarang tempat, dan lebih parahnya hal itu diikuti oleh temannya di tempat lain, botol minuman, bungkus snack, dan bungkus rokok juga sudah sedemikan liar bertebaran di sekitaran jalur dan cadas, sungguh memprihatinkan.
Ketersediaan kantong sampah ternyata hanya disetiap warug saja, yang asumsinya mereka makan dan minum dari hasil membeli di warung tersebut, akan tetapi kenyataannya banyak yang membawa makanan dan minuman lalu menikmatinya di titik tertentu diarea cadas, lalu membuang sampahnya sejauh lemparannya saja.
Diharapkan ada penambahan tempat sampah di beberapa titik lokasi cadas dan sepanjang jalur, agar mereka melihat bahwa ada tempat untuk sampahnya.
Toilet
Keberadaan toilet tidak terlihat diarea tersebut, padahal menurut penelitian dari tim yang kompeten, ada jalur air yang bisa disalurkan ke cadas gantung, dan jika ada toilet tentu pemandangan pengunjung kencing sembarangan tidak akan terlihat lagi, lagian juga akan menjadi pemasukan bagi pengelolanya.
Gazebo
Aku membayangkan disekitar area cadas gantung tersebut ada sebuah gazebo besar yang berdiri kokoh seperti di Lambosir, maka pengunjung akan bisa memanfaatkannya untuk berteduh, jika mentari terlalu terik dan hujan terlalu memaksakan.
Mushola
Gak usah yang gede dan luas, tapi cukup untuk 4-6 oran berjamaan saja sudah memenuhhi kebutuhan pengunjung untuk berlama-lama di cadas gantung, tanpa terburu-buru mengejar waktu sholat, dengan semakin lama pengunjung berada di lokasi, akan semakin memungkinkan pengunjung berbelanja di warung, juga akan semakin memungkinkan pengunjung menggunakan toilet… iya to?
Registrasi dan tiket
Dengan adanya tiket maka akan ketahuan ada berapa jumlah pengunjung di cadas gantung, hal itu sangat penting untuk mengukur tingkat popularitas dan kepentingan evakuasi jika terjadi kondisi darurat, juga untuk banyak hal berkaitan dengan omset dan perencanaan pengembangan kedepannya.
Sedang untuk catatan explore Cilarangan, atau Sanghyang Dora, atau bahkan pendakian gunung Windu yang masih satu komplek dengan cadas gantung mirat, tunggu di seri berikutnya ya…
Ayoo berkunjung ke Cadas gantung Mirat