Cireboner - Ciremai Weekend Adventures - Ojek Wisata Cirebon - Ojek Wisata Kuningan - Souvenir Khas Cirebon - Souvenir Asli Cirebon - Ngebolang ke Cirebon
Have question?
Visits:
Today: 1All time: 1

Gravel Boarding di Gunung Guntur

Bolanger Notes » Gravel Boarding di Gunung Guntur

  • Ban Maut
    Ban Maut

Outbond Survey

Ide dan keinginan untuk muncak ke gunung Guntur ini berawal dari survey hotel di Cipanas Garut untuk event outbond kantor tahun ini, dan Sumber Alam menjadi hotel pilihan kami untuk stay, dimana dari hotel tersebut, kemegahan gunung Guntur sangat jelas terlihat.

Dan semesta mendukung, karena ternyata deal management memutuskan, bahwa outbond dilaksanakan hari Kamis dan Jum’at!, artinya aku bisa langsung ke Guntur Jum’at sore seusai outbond, pada saat yang lain balik ke kantor.

Informasi dan referensi tentang pendakian gunung Guntur, aku dapetin sebanyak-banyaknya dari gugling, referensi temen komunitas motor asli garut, ataupun dari komunitas di sosmed yang pernah trip ke sana, hampir semua menasehati dan wanti-wanti tentang jalur yang setiap maju dua langkah,maka akan mundur selangkah, alias berkerikil labil, juga adanya “tangan panjang” alias pencuri yang mengancam barang-barang berharga yang kita bawa, ngeri jadinya, but show must go on.

Di hari H event outbond, sebagai Panitia tentu bereffort lebih demi suksesnya acara, terlebih ketika itinerary dengan terpaksa custom sana sini karena timing yang gak sesuai prediksi, cukup menyita energy, tapi meski begitu secara overall moment bisa dihandle dengan baik dan semua bersenang-senang.

Rafting lanjut Paintball

Selain Gala dinner dan entertainment keesokan harinya masih menunggu beberapa fun game, ice breaking, dan team building yang tentunya meski dengan canda dan tawa tetap capek :P, dan kesempatan relaksasi setelahnya dengan berendam air panas di Suite bungalow cukup membantu mengurangi capek, meski harus sedikit larut bergadang.

Besoknya rafting di sungai Cimanuk juga paintball di kampong Bali menjadi kegiatan outbond yang paling menyita energy, meski sudah berusaha menghemat dan berhati-hati tetapi kegembiraan saat perang air di sungai dan keseruan saat menyerbu markas musuh di paintball sempat melenakan.

Angkot Hiphop

Ketika outbond berakhir dan semua peserta kembali ke Rumah, aku dan keempat kawan aku mulai packing dan berbagi beban, tenda, dan common tool lainnya kami bagi rata ke setiap carrier, dan karena aku sudah ada deal dengan EO untuk menyediakan transportasi dari Kampung Bali atau Pasulukan loka Ganda Sasmita menuju kampong terakhir dimana trekking akan kami mulai, maka kami cukup tenang, tidak perlu lagi repot nyari2 angkutan.

Meski cuman angkot yang kami dapetin, tetapi dengan driver yang gaol, dentuman music linking park yang menghentak, juga speed yang bikin ngerih, cukup menghibur dan menyemangati kami, terlebih ternyata oleh EO kami dihubungkan dengan SURPAPALA yang pada saat itu diwakili oleh bro Heri aka Kang Eik, dimana ternyata doi siap mengantar kami hingga puncak Masigit!. Wow!

Camp Surpapala

Sebelum mulai trekking, kami rehat sebentar di basecamp SURPAPALA dimana dari sana bro Heri mempersiapkan diri, dan kita juga sempatin untuk makan nasi goring sebagai modal energi.

Golok

Ada moment unik pada saat preparing dan packing keril, yaitu saat bro Heri menyertakan juga sebilah Pedang telanjang tanpa sarung dan terlihat sangat tajam, pada saat doi membungkusnya dengan kain, aku sempet iseng bertanya ;

“ emang perlu kita bawa benda itu? “

“ bagi saya ini WAJIB kita bawa” jawab Bro Heri dengan mimic muka serius, aku menemukan adanya kemungkinan yang buruk bisa terjadi saat pendakian nanti, aku jadi inget wanti-wanti tentang pencurian, karena jika seorang pencuri kegap,maka aksi brutal sangat mungkin terjadi. Waduh….

Start trekking

Tepat jam delapan malam, kami mulai trekking dengan terlebih dulu berdoa bersama, menyusuri kampong yang kebetulan saat itu listrik padam, menjadi pengalaman unik tersendiri, bocah-bocah yang mencoba menyapa dengan Bahasa inggris cukup lucu kami dengar, apakah mungkin kami dikira turis asing? Ahsudahlah, juga sapaan ramah warga menjadi semangat lebih.

Penambangan batu

Kurang dari 30 menit kami sudah mulai memasuki area penambangan batu / pasir, yang ditandai dengan adanya sebuah tower yang menjulang tinggi, menurut bro Heri, posisi tower sebelumnya sejajar dengan jalan, yang berarti sebegitu parah penggalian pasir sudah dilakukan.

Dominasi Ilalang yang menyemak disepanjang area penambangan dikombinasikan dengan batu yang rata-rata sekepalan tangan orang dewasa besarnya, cukup membuat kami kaget… maju maju maju… mundur cantik …yup cadas!

Rehat di pos restribusi

Sesi pertama trekking selesai di sebuah pos gubuk pinggir jalan, dari situ view Garut dengan lampu-lampunya sudah terlihat semarak dikejauhan sana.

Seteguk air dan sebatang nikotin dirasa cukup sebagai durasi waktu istirahat, maka kami lanjutin jalan mengikuti jalur truk, tak seberapa lama kami melihat gemerlap lampu dikejauhan, terlihat seperti sebuah rumah makan, karena disaat yang lain gelap, cuman kandang ayam itu yang terlihat masih berlampu, yup ternyata itu sebuah kandang ayam yang gede.


Melintasi jalur truk pasir dengan shortcut sana sini, cukup mempersingkat waktu dan memperpendek jarak, meski harus terseok kerikil. Tetapi tidak enaknya adalah ketika menerobos semak sekian lama, dan pemandangan alam kota garut sudah semakin jauh dibawah sana kami mengira bahwa pendakian sesungguhnya sudah dimulai dan jalur truk selesai, tetapi tak seberapa lama ternyata masih aja ketemu dengan jalur truk lagi, yang artinya perjuangan masih lama… padahal kalao jalan pagi dan nebeng truk pasir, dititik lokasi yang kita sudah kecape’an itu masih segar bugar dan baru mulai… :sakitnya tuh disini

Bowling Maut

Dari sejak awal mengumpulkan referensi tentang pendakian gunung Guntur, selalu dimention tentang intimidasi dan terror yang berupa pencurian dan perusakan barang2 oleh oknum warga, itu mengapa kami sangat bersyukur dan berterimakasih telah dipertemukan dengan Surpapala sehingga kami merasa lebih tenang dan aman.

Tetapi episode kali ini sungguh beda, karena ternyata kami mendapatkan ancaman yang lebih mengerikan dan sudah masuk ke pasal Percobaan pembunuhan, atau pembunuhan berencana!!!

Kronologisnya begini, saat itu menjelang akhir dari area penambangan terdapat sebuah area yang terbuka, dimana sisi kiri adalah bukit dan sisi kanan jurang berbatu, kami berenam berjalan beriringan dengan dipimpin oleh bro Heri.

Kondisi stamina yang berbeda menyebabkan adanya gap jarak antara empat orang didepan dan dua orang dibelakang sekitar 2-3 meter yaitu aku dan bro rizal didepanku.

Nah disaat sedang menikmati capek sambil berjalan perlahan tiba-tiba ada suara bergemuruh dari sisi kiri atas yang awalnya kami kira longsoran batu gede, kami spontan berteriak “Awaas batuuu!!! Padahal kami tidak jelas melihat adanya batu, dan ternyata sebuah ban truk!, sekali lagi ban truk!, dengan kecepatan tinggi melintas beberapa centi didepan aku dan bro rizal!! Sungguh itu sebuah ban truk yang besar!, dan terimakasih tuhan tidak ada yang tersentuh oleh ban maut itu.

Jika salah satu dari kami tertabrak atau terbentur ban tersebut, maka pasti terlempar ke jurang berbatu, dan hal yang tragis pasti terjadi.

Syok udah pasti dan ketegangan yang mencekam segera dimulai, terlebih ketika bro Heri dengan serius memerintahkan kami untuk berlindung dibalik bukit, kemudian mencabut golok panjangnya!, dengan nanar dan tegang kami mencari-cari sosok yang menggelindingkan ban truk tersebut kearah kami, beberapa menit kami tak berani beranjak dari tempat itu.

“ kita harus bunuh itu orang, kalau ketemu, karena dia sudah berusaha membunuh kita”
Itulah kalimat ngeri yang paling aku inget saat itu…. Buseeeeh kaya’ film action aja bray!

“ jangan takut, barusan itu ulah manusia, bukan apa-apa jadi kita tidak boleh takut “ lanjut bro Heri menyemangati kami.

Dan masing-masing kami mulai menyiapkan belati untuk kemungkinan terburuk bertaruh nyawa jika harus terpaksa kontak fisik dengan teroris tersebut.
Sekian lama kami berjaga-jaga ternyata tidak ada pergerakan apapun diatas sana, sehingga kami memutuskan untuk kembali bergerak dan meneruskan perjalanan.

Pos 1

Tak seberapa lama kemudian kami melihat adanya cahaya lampu didepan sana, yang artinya kami akan bertemu seseorang entah itu orang baik atau orang jahat, pikiran itu yang kemudian menguasai logika kami saat itu, tetapi ternyata mereka disana adalah serombongan kecil pendaki juga yang sedang rehat dan masak.

Kami saling menyapa dan ngobrol sebentar sebelum kemudian lanjut

Pos 2 sumber air

Setengah jam kemudian kami sampai di sebuah shelter yang lumayan luas, yaa cukuplah menampung 20 orang istirahat, disana sudah ada serombongan pendaki yang sedang rehat, dari obrolan ternyata mereka sekelompok mahasiswa/I yang sedang merintis terbentuknya HPA dikampusnya, dan Guntur menjadi tempat deklarasinya.

Kemudian kami pamit dan lanjut nanjak tak seberapa lama setelahnya

Pos 3 registrasi

Saat tiba di pos 3 kami kembali istirahat (yang resmi, yang illegal mah sering bray… :xixixxi) disana sudah ada satu eh dua… eh tiga tenda yang dibangun, satu tenda milik para volunteer dan dua lainnya milik pendaki yang rehat untuk lanjut naik esok paginya.

Kami rehat sejenak, dan lanjut lagi setelah registrasi beres

Langit tidak begitu gelap sehingga bayangan horizon puncak 1 begitu jelas terlihat nun jauh diatas sana, berbeda dengan kebanyakan puncak lainnya, dimana hanya ketika batas vegetasi dusah terjangkau maka puncak baru terlihat, tetapi Guntur sejak awal kita bisa melihat puncaknya sehingga mental dan semangat untuk terus lanjut, selalu dipertaruhkan.

Lembahan puncak 4

Sebelum berangkat aku sempet ditanya oleh bro Heri, “ mau sampai puncak mana? “ dan dengan pede aku jawab “ masigit” (karena yang aku ingat betul hanya “masigit”) dan ternyata bro Heri sudah mempunyai planning untuk lewat rute terbaik mencapai masigit.

Dan benar apa yang dikatakan bro Heri ketika kami melihat ada cahaya-cahaya lampu berada diatas sana yang menandakan ada pendaki lain yang sedang nanjak,
“ percaya gak kalau ntar kita bisa menyalip mereka? “

Yup ternyata doi merencanakan untuk membawa kita langsung menuju puncak 4 dengan rute melingkari puncak satu dan seterusnya, yang artinya kami harus menyibak semak dan melewati jalur baru yang sangat-sangat jarang dilalui oleh pemuncak gunung Guntur.
Konsisten dengan taburan kerikil yang labil, dan semak yang begitu tinggi,juga stamina sudah drop, kami bertiga terseok bergerak menjalani jalur, karena tiga yang laen terlihat masih stabil langkahnya, kantuk menjadi ancaman paling membahayakan kami karena jalur semak yang kami pijak berasa seperti “separuh kaki”.

Yup separuh kaki mungkin kalimat paling pas untuk kondisi saat itu, karena lebih dari 1 jam kami melangkah berpijak pada kerikil yang ditumbuhi ilalang dengan kaki miring, artinya bukan telapak kaki y ang berpijak tetapi sisi luar dari kaki yang menahan beban tubuh kami, tidak pernah berhasil untuk memastikan bahwa yang aku pijak bisa menahan seluruh permukaan telapak kaki dengan stabil. Sungguh rute yang seru jika hanya semenit dua menit saja, tetapi berubah menjadi eskrim jika itu lebih dari 1 jam!.

Sisi kiri kami terlihat horizon puncak Guntur yang masih terlalu tinggi jika dibanding sisa tenaga yang ada, sedang disisi kami jurang menuju lembah terlalu menakutkan untuk dinikmati, sedang lembahan antara puncak 3 dan puncak empat masih jauh didepan sana, yaa aku sempat putus asa.

Beberapa kali sempat terucap perintah aku untuk stay dan ngecamp dimanapun asal bisa tidur, urusan muncak, sunrise dan lainnya masa bodoh yang penting tidur dan tidur! Sejenak terhenti meski itu dalam posisi berdiri, tidurpun jadi dan itu sangat beresiko, tetapi ternyata sepanjang jalur itu tidak ketemu juga shelter yang bisa untuk mendirikan tenda.

Dengan terus disemangati dan dimotivasi oleh sang guide, maka sampailah kami di lembahan persis diantara puncak tiga dan empat! Wow!

Saat itulah aku merasa bahwa ini saat yang tepat untuk stay dan ngecamp, tetapi lagi-lagi bro Heri memotivasi kami untuk terus dan muncak hingga puncak empat dan stay disana, melihat terjalnya kemiringan puncak empat dan energy yang abis plus kantuk yang teramat sangat maka aku serahkan keputusan kepada bro Rizal yang terlihat paling ancur saat itu, jika dia bilang stay maka aku akan stay terserah yang lain mo lanjut atau tidak, dan jika lanjut, maka hayuk lah kita lanjut.

Dengan lunglai bro rizal berkata “ oke kita lanjut “

Dan benar, diseparuh dakian ke puncak empat, bro Rizal terkapar tidak kuat lanjut maka kami berdua terhenti dan yang sudah didepan sana aku suruh lanjut.

Tak berapa lama mereka yang duluan sudah mencapai puncak dan teriakan “puncaak!! Puncaak!!! Menjadi semangat tersendiri bagi bro Rizal untuk mencoba kembali.

Maka sampailah kami berenam dipuncak empat!!!

zZZZzzz

Karena cita-cita tertinggi dan satu-satunya sejak 4 jam lalu adalah tidur, maka begitu sampai di puncak empat, aku langsung mengganti pakaian basahku dengan yang kering, siapin SB dan jaket anget, gak mau yang laen kecuali tidur dan tidur! Entah besok mo bangun jam berapa bodo amat, entah besok gak ketemu sunrise preeet badan udah terlalu capek dan mendengkur adalah hal paling indah dari itu semua saat itu.

Yiiihaaaa semua akhirnya bangun saat matahari sudah terik,sepertinya bro Heri sudah berusaha membangunkan untuk sunrise welcome tetapi tidak ada satupun yang kuat beranjak hihihihi

Acara masak-masak pun dimulai, ngopi, ngerokok, dan menikmati megahnya pemandangan jadi lanjutan dari acara pagi tersebut… capek yang semalam sepertinya sudah 69 hilang terbarukan oleh sensasi pagi diketinggian.

Puncak 5 kawah

Setelah kenyang dan kembali fresh, kami segera bersiap untuk ke puncak Masigit atau puncak tertinggi dari gunung Guntur yang disana ada kawah Guntur.

Tidak seberapa jauh dan tidak seberapa nanjak, tetapi harus melewati dua makam mr.X dan rimbunnya hutan, jalur berkelok dan bersemak, kami berlima sampai di kawah, sedangkan Bro Tyo yang ketinggalan ternyata nyasar entah kemana, sehingga dia pun memutuskan balik ke camp, tidak cukup sampai situ, karena baliknya pun dia nyasar lagi sehingga sampai di camp tidak dari jalur yang kami berangkat.

Dari situ bisa dinyatakan bahwa bro Tyo lah satu-satunya dari kami berenam yang tidak mencapai puncak Masigit!

Turun naik ke puncak 3

Sekembalinya kami ke tenda, kami kemudian bongkar tenda dan packing persiapan untuk turun kembali, awalnya dan rencananya kami lewat jalur yang semalem kita naik untuk langsung kembali kebawah, tetapi teryata oleh bro Heri kami diarahkan menuju puncak tiga yang artinya kami harus turun dan kembali nanjak setinggi kami turun! Langsung deh kami lemes seketika!

Kami sempet protes, bahwasanya kalau mendaki gunung, itu pulangnya harus turun gunung, gak ada naik-naik lagi, tapi di Guntur pakem itu tidak berlaku karena setidaknya ada dua kali nanjak ketika “turun” dari puncak 5 via jalur regular.

Meski masih pagi dan stamina baru saja kembali, tetapi begitu sampai di puncak tiga yang menjadi puncak resmi gunung Guntur, kami semua ndlosorrr!

Photo-photo sejenak dan lanjut turun menuju puncak 2 yaitu puncak dimana titik GPS berada

Turun naek ke puncak 2

Jalur turun dari puncak tiga ke puncak 2 tidak sebegitu curam, cukup landai meski tetap dengan jalur kerikilnya, sehingga tak berapa lama kami sampai dipuncak dua, photo-photo sebentar lalu lanjut lagi
23. Turun ke puncak 1
Puncak satu merupakan puncak dengan rongga bekas kawah? Yang besar dan dalam, dari situ pula bisa kita lihat adanya lembah yang menjadi favorit ngecamp para pendaki, karena lokasinya yang relatip terlindungi dari angin dan yang penting dipuncak satu sudah bisa menikmati view kota garut yang bagus dibawah sana.

Kami hanya berhenti untuk photo dan lanjut melewati pematang antara lembah dan rongga kawah, yang kemudian kami sampai di puncak bohong.

Puncak Bohong ini, ditandai dengan sebuah batu besar yang menjorok sehingga sangat diminati untuk berfoto ria, karena angle yang tepat akan menghasilkan poto dengan kesan puncak paling tinggi, itu kenapa mungkin batu tersebut dinamai puncak bohong.

Dan udah pasti, disitu kami lumayan lama untuk mengabadikan moment, tetapi yang lebih menarik lagi, ternyata kemiringan punggung puncak satu berkisar antara 60-70 derajat! Sangat curam.

Sambil duduk dibatu itu, kami melihat nun jauh dibawah sana beberapa pendaki mulai bergerak naik merangkak kearah kami, kami hanya bisa berteriak menyemangati bahwa puncak satu tinggal sebentar lagi, rona merah terpanggang matahari dan kecapek’an yang jujur terlihat dari wajah mereka.

Ada yang sebentar lagi sampai, ada yang masih terlihat jauuuuuh dibawah sana, aku hanya berfikir, akan seberapa capek mereka akan sampai di puncak masigit, ketika terik matahari sedang sangat dan jalur yang masih setengahnya lagi… dari situ aku mulai sadar bahwa jalur yang kita ambil semalem adalah strategi yang smart dari bro Heri untuk sebuah paket petualangan di gunung Guntur :salut

Gravel boarding

Sebenernya sudah pewe dipuncak bohong untuk berlama-lama menikmati suasana dan view yang luar biasa, juga dengan bertemu para pendaki yang baru sampai cukup melenakan waktu, tetapi kami juga harus segera pulang karena setidaknya masih ada besok seharian untuk recovery otot yang capek, oleh karenanya kamipun turun dari puncak bohong dengan mengambil jalur yang bersebelahan jauh dari jalur naeknya para pendaki.

Pemisahan jalur naik dan turun cukup beralasan, karena selain terjal dan susah, kerikil dan batu yang labil yang kita pijak akan dengan mudahnya meluncur kebawah, dan berpotensi bahaya menimpa seseorang yang sedang naik dari bawah sana, biarpun cuman kerikil kecil tapi kemiringan dan ketinggiannya bisa membuat kecilnya kerikil mengandung resiko yang besar.

Di jalur turun kami harus ekstra hati-hati karena kemiringan dan jalur kerikil labil yang setiap saat siap membanting tubuh kami, berjalan dengan posisi miring merupakan pilihan aman, bro Tyo dan Bro Ibnu yang ketika naik selalu didepan kini justru saat turun mereka berdua jauh tertinggal dibelakang.
Capek dengan kondisi turun yang curam dan harus jalan miring, aku coba dengan cara perosotan, dan wew meluncuuuur bray !!! yiiiha gravel boarding!!!, tapi ketika inget bahwa keril juga ikut tergaruk kerikil maka perosotan aku hentikan sebelum keril sobek-sobek  padahal seru lho! Makanya aku saranin untuk siapin papan seluncur saat naek ke Guntur.

Oh iya ada satu moment dimana aku melihat dibawah sana ada satu orang yang gerak geriknya mencurigakan, sesekali melongok ke jalur nanjak seperti mencari mengintai seseorang, aku sempet ragu apakah mo lanjut atau nunggu temen yg masih dibelakang, maklum parno saat bowling maut malem sebelumnya masih ada.

Aku toleh kebelakang dan terlihat bro Ibnu memberi tanda untuk stop dulu dan nunggu yang laen, rupanya dia mendapat gelagat yang sama, atau lebih tepatnya parno yang sama, segera aku keluarkan leatherman dan siap menghunus pisaunya jika kemungkinannya memaksa.

Aku semakin dekat dan ternyata orang itu menyapa penuh bersahabat, “ hey bro udah turun yah?” huuuftttt!!!! Lega rasanya, segera aku masukin pisau ke sarungya.
Disitu aku tahu bahwa dia sedang terpisah dari temennya yang berada di jalur naik, dia sedang berusaha memberi tanda titik lokasi dia berada, makanya celingukan mencurigakan tadi.

Beli setiker

Kami sampai di pos 3 saat matahari benar-benar tepat berada di ubun-ubun, yang lain langsung pergi ke mata air, berjebur dan membersihkan diri sekalian ambil air untuk minum, disono juga sudah pada bangun para volunteer yang setia menjaga jalur pendakian.

Aku beli satu sticker dan emblem gunung Guntur dari lapak volunteer, ada juga aksesoris gelang, gantungan kunci, kalung dan lainnya, kami ngobrol dan setelah semuanya beres kami pamitan untuk lanjut turun.

City Ice (citiis) Waterfall

Sekitar 15 menit kemudian kami sampai di air terjun Citiis, dan disonolah kami berencana untuk rehat makan siang, yup kami mendapatkan lokasi yang cihuiiii tepat dibawah air terjun, shelter seluas 2 meter persegi sangat layak untuk kami menikmati berisiknya sejuk dan jernihnya kedamaian… halah!

Kamipun masak, sedang batere kamerapun habis! Untungnya masih ada satu dua jepret kamera yang mengabadikan curug tersebut, semua sisa makanan dari puncak kami masak menjadi sajian acakadut mixing antara banyak rasa dan genre masakan instan. Begitupun dengan menu minumnya.. pokonya kami gak pengen makanan itu membebani punggung lagi, makanya kami pindah semuanya ke perut! :P

Gerimis

Ada sekitar 1 jam kami pewe di air terjun Citiis, yang selanjutnya kami turun menyusuri penambangan pasir, saat itu gerimis sudah jatuh semakin deras, tetapi ternyata gerimis mau menunggu sampai kami tiba di basecamp SURPAPALA sekitar jam 17an, lalu hujanlah.

Di basecamp sudah ada bro Andy? Bersama satu orang temannya yang menyambut kami, kami langsung terhempas melepas keril dan menikmati kesuksesan kami kembali dari puncak gunung Guntur!

Andong

Ngobrol seru sembari packing menjadi kegiatan selanjutnya, bersih-bersih dan ganti pakaian lalu kamipun pamit pulang kepada tuan rumah, dari sekre ke jalan raya lumayan jauh dan kami memanfaatkan andong untuk mengangkut kami bersepuluh…lah … yup 5 orang plus 5 keril = 10 ongkos

Tak seberapa lama kami mendapatkan bus yang longgar menuju ke cileunyi bandung, untuk kemudian ganti bus menuju Rumah.
Dengan sampainya kami disarang mimpi, maka berakhirlah rangkaian petualangan Garut session pertama! 

Terimakasih Tuhan
Terimakasih Bro Heri
Terimakasih SURPAPALA
Terimakasih Tyo, Ibnu, Rizal, Tarsono
Terimakasih Guntur

Facebook
PRchecker.info