






























Paraland Majalengka - Paralayang kesinian dikit
Bolanger Notes » Paraland Majalengka - Paralayang kesinian dikit
I love Monday mungkin tidak segregret kalimat I hate Monday, karena memang untuk yang kurang piknik dan memaksakan diri terjebak dalam rutinitas kerjaan, menjadikan hadirnya hari senin itu nyatanya begitu ngeselin, oleh karenanya tips supaya senin menjadi hari yang kamu motivated menjalaninya sesekali cutilah hari senin, maka hate itu akan pindah ke hari Selasa!
Dan senin itu aku dengan ikhlas menuliskan di status sosmed aku dengan kalimat “ I like Monday” karena hari itu aku ada rencana dadakan untuk kembali menuju ke ketinggian gunung Panten di Majalengka yang disana ada sebuah curug, dimana curug tersebut pernah aku datengin dulu sebelum banyak orang mengenalnya.
Dan pagi itu meski vega mejikjer belum sepenuhnya fit, tapi masih cukup kuat untuk sekedar nanjak gunung aku siapkan, tangka full, rem pakem, dan lampu utama menyala dengan sempurna, kurang hanya di kondisi ban yang meski baru seumur jagung tetapi sudah retak sana sini, …yup ban merk itu kemudian aku black list untuk penggantian selanjutnya, selai kondisi ban, juga ada klakson yang tidak stabil, plus lampu sein yang tidak berkedip normal, masih bisa aku akalin dengan on of secara simultan untuk menjadikan sein berkedip secara periodic.
Dengan atribut ala biker beneran aku dan boncenger berdoa sejenak sebelum plintiran gas pertama dimulai, cuaca mendung mengundang, itu kenapa kami melengkapinya dengan raincoat, jalanan masih ramai dengan orang berangkat kerja dan anak-anak sekolah, berasa ada greget gimanaaaaaa geto ketika kamu melihat banyak orang sibuk dan tergesa berangkat kerja, sedangkan kamu dengan santai berangkat turing menuju wahana wisata alam jauh disana, I know that feel sangat membahagiakan..!
Sampai di kota Majalengka masih berasa pagi, karena bahkan mall belum buka, dan bengkelpun juga belum siap menerima pasiennya, ketika berasa ada yang tidak normal dengan laju motorku, aku terpaksa hunting bengkel kesana kemari.
Rantai menjadi kendor dengan sebab yang tidak aku duga, bisa jadi terlewat ketika aku final check sesaat sebelum berangkat sebelumnya, tapi kemudian abnormal condition tersebut solved properly dengan dikencengin lagi dan dilumasi.
Sebenarnya hal pertama yang ingin kami lakukan setibanya di puncak gunung Panten adalah duduk selonjoran berselimut kabut, lalu menyeruput kopi panas andalan, menikmati sisa sunrise, sambil melihat hijaunya alam Majalengka terbentang nun jauh disana. Wew! Tapi kemudian kami tergiur untuk sejenak menikmati geliat kehidupan kota Majalengka jika pagi hari, sehingga kami mlipir menuju sebuah kedai kopi paling greget di kota Majalengka “Kedai Kopi Apik” yang kebetulan pemiliknya adalah teman lama penghobi motor custom, jaman-jaman turingnya masih jauh.
Tapi itupun gagal karena ternyata kedai itu mulai inservice setiap harinya jam 10 pagi dan berakhir till drop! Maka segera balik ke rencana semula untuk ngopi senikmat mungkin di puncak ketinggian sana.
Dari Bunderan tugu pesawat tempur, arah bandung, ada sebuah gang kecil pertama yang merupakan akses masuk menuju gunung Panten berada, cukup disayangkan memang jika wahana wisata Paralayang yang menjadi salah satu spot paralayang terbaik di Jawa barat itu tidak memiliki petunjuk arah yang eye catch dan mudah ditemukan.
Tidak hanya itu, karena dari gang kecil itulah kamu akan menuju ke curug-curug yang mempunyai keindahan alam yang luar biasa, curug cisempong salah satu contohnya, lalu dari gang itu pula kamu bisa menemukan sirkuit keren yang didesain serius sebagai sirkuit kebanggaan Majalengka.
Belum berakhir kawan, karena dari gang itu pula kamu bisa menuju sirkuit satunya lagi yang dikonsep sebagai grass track circuit, sudah ada beberapa event ketangkasan bermotor tingkat provinsi digelar di sirkuit tersebut.
Dan yang terakhir dan paling modern adalah Paraland, dimana konsep sky resto, family resort, dan outbound spot sedang dalam proses pembangunan di lokasi yang sama dengan area paralayang berada.
Sungguh sayang jika ternyata tidak kami temukan baliho besar, ataupun map wisata Majalengka yang kami temukan di pinggir jalan ataupun di public area seantero kota Majalengka, begitu juga yang terlihat di mulut gang menuju Paraland, tidak terlihat satupun tulisan yang menunjukkan bahwa dari gang kecil itulah yang akan mengantarkanmu menuju banyak wahana wisata yang luar biasa.
Tiga orang pemuda sudah berada di pos tiket masuk area Paralayang, dengan membayar 20ribu untuk dua orang, kami berdua lanjut menuju Paralayang Majalengka yang berjarak kurang dari 1 km lagi.
Kurang dari 5 menit setelah pos tiket aku melihat ada wahana baru yang dibangun, diaman duluuu waktu aku nyasar-nyasar mlipir sampai lokasi itu, masih belum ada bangunan berbentuk gerbang menuju situs petilasan Prabu Siliwangi yang berada jauh didalam lebatnya hutan gunung Panten.
Aku sempatin berhenti dan mengamati, terbesit rencana untuk menjelajahi dan explore situs keramat tersebut nanti ketika partner begajulanku sudah siap, bukan saat itu yang notabene boncengerku bukan tipe pemberani dalam hal gotik dan keramat.
Sesampainya di area parker Paralayang Majalengka, tidak terlihat seorangpun petugas parkirnya, karena ternyata kami adalah pengunjung pertama dihari itu, meski geliat aktivitas sudah mulai ada, namun cuman alunan music dangdut bergenre “om telolet om” yang sedikit membuatnya semarak.
Kami segera menuju spot dimana para atlit paralayang dan gantole biasa memulai terbangnya, dan betapa mata kami menjadi teduh mendadak, ketika bentang luas nan sejuk terhampar dihadapan kami, megahnya gunung ciremai yang gagah dengan gurat kabutnya menjadi background sempurna pagi itu.
Menjadi hal yang wajar jika kemudian kami terdiam beberapa saat, terpaku dengan kenyataan bahwa Majalengka itu begitu indahnya, kuasa tuhan dalam mengatur keseimbangan alam sangat bisa kami rasakan dengan hal itu, dan yang biasa terjadi selanjutnya adalah kamu akan mencoba teriak untuk mengekpresikannya, meski itu tidak kami lakukan.
Paralayang kini sudah berbenah, terlebih setelah perhelatan pekan olah raga nasional 2016 yang menjadikan jawa barat sebagai tuan rumahnya, maka konsep semakin matang terlihat, fasilitas juga terbangun dengan baik.
Tak berapa lama pengunjung laen mulai pada berdatangan, pasangan muda mudi, sekelompok remaja, dan sebuah keluarga terlihat lengkap berbaur disana, hal itu menunjukkan bahwa Paralayang bisa menjadi wahana refreshing bagi semua kalangan, selain main point sebagai point latihan para atlit paralayang.
Ada banyak lapak warung yang menyediakan berbagai macam menu cemilan dan minuman, bahkan beberapa diantaranya ada yang menyediakan berbagai menu kuliner berat khas olahan sunda, sesederhana apapun menunya akan menjadi sangat istimewa karena kamu menikmatinya di ketinggian sejuk bareng orang tersayang.
Pindah ke Paraland
Jam 10 pagi adalah jam buka dari wahana wisata ketinggin berkonsep resort dan one stop service refreshing dari Paraland atau Paralayang Adventure Land, yang berada tak jauh dari Paralayang, yup dua tempat berbeda, konsep berbeda, namun masih menjadi satu area.
Meski masih dalam proses pembangunan, namun sudah ada beberapa wahana yang sudah launching dan diminati oleh para pengunjung, sehingga siapapun yang ke paralayang akan merasa rugi jika tidak sekalian mlipir ke Paraland.
Bangunan-bangunan cottagenya yang didesain panggung minimalis dari kayu, terlihat harmonis dengan view dan pepohonan yang menjadi latar belakangnya, wahana outbound juga terlihat sudah siap, camping ground masih dalam tahap finishing, dan wahana lain seperti spot poto yang berupa lukisan 3D, sudah viral beredar di social media.
Sky resto dengan desain sebuah kapal di tengah Paraland itu nantinya akan menjadi tempat yang kozi banget jika sudah dioperasikan, stage kecil yang ada di anjungannya akan membuat acara gathering makin semarak, apakah mungkin bisa digambarkan seperti kapal Nuh yang berada dipuncak gunung? Silahkan nilai sendiri ntar yah…. dan jika kamu hanya ingin bersantai ngobrol seru bareng geng sambil menikmati kopi, maka ada tersedia spot-spot kongkow bertebaran di depan café yang menghadap langsung ke lembahan gunung, dengan gunung ciremai sebagai batas pandangan kita jauh disana.
Aku mencoba secangkir bandrek untuk boncenger, dan secangkir kopi Vietnam saat itu, maknyus! Pass banget dengan nuansanya.
Wahana wisata Paraland Majalengka memang tidak sebegitu luas, tetapi fasilitas yang tersedia sangat mengakomodasi kebutuhan piknik kamu bersama geng atau keluarga.
Sensasi ngeri-ngeri sedap curug Sempong Majalengka
Dari Paraland majalengka tujuan selanjutnya adalah curug Sempong, yang berada sekitar 15 menit dari Paralayang dan Paraland Majalengka, keunikan dan keindahan curug sempong majalengka akan aku tuliskan nanti di catatan selanjutnya.
Kopi Apik, kedai paling ngehit di Majalengka
Dalam perjalanan balik ke Cirebon, kami sempetin untuk mlipir kedua kalinya ke Kedai Kopi Apik, beda kali kedua ini adalah, kami sudah confirm dengan bigbosnya jika kami reservasi dua kursi untuk kami menikmati kopi siang ala Kedai Kopi paling greget di Majalengka itu.
Mengejutkan memang, jika ternyata ngopi itu tidak selalu identic dengan pagi, sore, ataupun malam hari, karena pada kenyataannya siang terik hari itupun kedai kopi Apik ternyata sudah ramai dengan para pecinta kopi sekitaran Majalengka, dan benar, setibanya disana kami bisa dapetin kursi kosong itu.
Meski konsep kedai itu sesederhana teras sebuah rumah, namun justru itu yang membuat kedai kopi tersebut menjadi apik dan friendly untuk dikunjungi, tersedia komplit variant dari kopi, jadi mau apa aja kamu mau, kopi apik segera menyajikanya, tidak hanya kopi, tapi bahkan nasi goring juga sangat bisa diandalkan sensasi rasanya.
Penasaran?
Berkunjunglah ke Majalengka, nikmati indah alamnya dan sruputlah maknyus kopi Apiknya
Salam
Bolang cirebon