






























Westau Sensation -Taman yang seharusnya Nyaman
Bolanger Notes » Westau Sensation -Taman yang seharusnya Nyaman
Minggu pagi, cuaca begitu sejuk di sebuah taman salah satu sudut kota Sumber Cirebon, ada banyak kesibukan dan kegiatan disana, yup car free day merupakan moment mingguan yang dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berdagang, untuk berolah raga bersama, ataupun untuk menikmati moment cengkrama dengan orang-orang terdekatnya.
Yup pagi itu pula sebuah ide untuk sarapan bersama “diluar” membawa kami pada sebuah taman disudut perempatan komplek pemerintahan daerah kabupaten Cirebon.
Berawal dari sebuah tanya dari lugunya Hita tentang kenapa kebanyakan orang membuang sampah tidak pada tempatnya, sedangkan ditaman itu terdapat banyak tempat sampah yang eye catch dengan warna warninya, dan aku hanya bisa menjawab bahwa mereka bodoh!.
Yah masih seperti itulah mental dari pengunjung taman pagi itu, sangat ironi dengan style mereka yang sporty, dengan kegiatan mereka yang notabene berolah raga pagi untuk menjadi sehat, menikmati udara pagi yang masih bersih, tetapi masih berkebiasaan tidak sehat dan tidak bersih, dengan menciptakan lingkungan yang tidak sehat, nyampah dimana-mana!.
Kemudian muncul ide gokil untuk menyadarkan mereka bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan bodoh, tetapi kali ini aku hanya sendirian, dan pastinya tidak semudah seperti yang pernah aku lakukan bersama teman-teman komunitas dengan aksi bersih-bersih area publik.
Berat memang untuk memulainya, tetapi why not? Masa bodoh lah dengan anggapan orang dan tatapan orang, atau bahkan respon orang-orang yang mungkin akan merasa “ tersinggung” dengan aksi isengku saat itu.
Aku mulai mencomoti satu persatu sampah yang bertebaran disekitar kami duduk, aku cuek dan bersikap easy going saat mencomoti sampah didekat para pembuangnya tanpa berkata apa apa.
Aku merasa banyak tatapan mata “aneh” tertuju ke aku saat itu, pasti banyak yang beropini beda tentang aksi isengku saat itu, tapi yang pasti sedikit banyak mereka punya kesamaan rasa, yaitu rasa pengakuan bahwa mereka telah membuang sampah tidak pada tempatnya, dan kesadaran bahwa sedikit banyak apa yang mereka lakukan telah merusak keindahan taman.
Ada sebuah template kalimat yang aku lontarkan kepada setiap mereka saat aku pungutin sampah disekitar mereka.
1. “ Tolong ya mbak/mas/pak/bu, sampahnya dibuang pada tempat sampah “
2. “ bukankah akan lebih bagus kalau taman ini bersih ? “
Dari kalimat “sapaan” itu ternyata ada beragam respon jawaban yang aku terima
“ iya mas, ini sampah saya,nanti saya buang ke tempat sampah situ”
“ iya lah, kalau banyak sampah gini jadi gak nyaman”
Kalimat lainnya
“ oh ini bukan sampah saya mas, saya gak buang sampah kok! “
“ iya tapi ini bukan saya yang buang lho mas”
Lalu kalimat lain dari group lain
“ iya mas, iya mas, nanti saya buang ketempat sampah”
“ iya sih, mestinya ada denda gitu untuk yang buang sampah sembarangan”
Kemudian kalimat respon lainnya
“ kan sudah ada petugas kebersihannya om?”
“ saya gak tiap minggu kesini kok”
Dan sebuah respon gak jelas lainnya
“ emang bapak siapa? “
“ iya, tapi bapak siapa, kok nyuruh-nyuruh saya buang sampah ke tempat sampah? “
Nah dari sebagian yang tercatat tersebut, kita bisa lihat bahwa tidak ada satupun yang mengatakan tidak, atau menolak untuk membuang sampah ke tempat sampah, tetapi kenyataannya mereka semua adalah pelaku pembuang sampah seenaknya disekitar mereka duduk dan bersantai.
Huft membuang sampah pada tempat sampah, memang membutuhkan keberanian, kecerdasan yang lebih, dan hanya orang-orang yang bisa mengontrol kesadarannya yang bisa dengan sederhana mengantongi bungkus permen karena gak menemukan tempat sampah, orang sederhana yang mau menahan keinginan untuk merokok hingga ditemukannya open space dan atau asbak untuk membuang puntungnya.
Tapi untuk saat ini hingga beberapa lama lagi, ketika kamu melakukan hal yang sama dengan yang terjadi pagi itu di taman Sumber, maka kamu akan menjadi satu-satunya “orang aneh”. Menjadi satu-satunya orang yang “terlihat sok”, menjadi satu-satunya orang “gila”, menjadi satu-satunya orang yang “kurang kerjaan”, menjadi satu-satunya orang yang “beda”, bahkan mungkin juga opini kalian yang sedang membaca catatan ini.
tapi pura-pura baik pun itu lebih berguna daripada diam.
Sampah secara kejam telah membunuh banyak orang dengan banjirnya, sampah telah membunuh banyak orang dengan nyamuk dan lalat darinya, so jika memang membuang sampah ditempat sampah itu mudah, maka sesekali jadilah orang yang “aneh”.
Lalu aku nikmati suasana taman yang sudah berubah, tak ada lagi sampah bertebaran di rumput taman, dan mulai terlihat diantara mereka yang beranjak mendekati tempat sampah untuk membuang sampahnya, meski ada sisi pesimis bahwa kondisi itu tidak akan lama bertahan.
Kemudian aku pulang dengan sebuah ide dan harapan, kesadaran itu akan tetap bertahan, karena omong doang tidak akan membuat sebuah perubahan.
Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana menjadi tukang pungut sampah alias westau!
Cireboner.com