Kura-kura Belawa
Wisata cirebon » Kura-kura Belawa
Yup nama tempat wisatanya adalah Cikuya yaitu pusat observasi dan perlindungan hewan unik yang bernama kura-kura, dan kura-kura yang ada di desa Belawa Cirebon ini merupakan salah satu kura-kura yang tidak biasa dan dilindungi oleh undang-undang dan mitos!.
Nama lain dari kura-kura Belawa ini cukup keren yaitu Tortose Ortilia Norneensih, dia berasal dari suku Trionydae yang merupakan kura-kura langka dan terancam punah, sehingga sangat membutuhkan support dan perhatian lebih untuk menjaga kura-kura yang habitatnya di air tawar pegunungan ini bisa kita saksikan hidup di alamnya.
Yang membedakan kura-kura yang juga dimitoskan sebagai binatang mistis ini adalah dari bentuk, warna dan dimensi badannya, bentuk dari si kura kura ini berbentuk cekung menonjol, dengan warna hitam pekat, dan dimensi badan yang mencapai lebar 1 meter dengan berat badan bisa mencapai 80 Kg, dan panjang usia hingga 150 tahun!.
Mengunjungi lokasi kura-kura belawa yang hobi berendam di lumpur ini, kita bisa menemukan beberapa tempat dan benda unik lainnya yang terjaga secara alami oleh mitos dan kepercayaan warga sekitarnya, boleh percaya atau tidak tapi mitos itulah yang akhirnya membuat desa Belawa dan kura-kuranya bertahan hidup dengan aman dan damai.
Yang pertama adalah Sumur Pamuruyan yaitu sebuah sumur dangkal yang secara filosofi bisa dimanfaatkan untuk bercermin (Buhun muruy – Sunda) baik secara harfiah yang memang airnya jernih dan memantulkan bayangan siapapun yang ada diatasnya secara jelas, juga Pamuruyan yang berarti tempat muruy ini bisa diartikan sebagai sikap untuk melihat kedalam diri sendiri (intropeksi) terhadap apa yang telah dilakukan selama ini, itulah mengapa sejak kedatangan Islam, tempat ini dijadikan tempat bersuci.
Mitos lain menyebutkan bahwa dengan cuci muka (berwudhu) di sumur Pamuruyan, menjadikan aura kebaikan lebih terlihat dari wajah,dan anggota badan yang terbasuh oleh airnya…. Dan logis…. Cuci muka pasti menjadikan wajah lebih bersih dan wajah bersih lebih terlihat baik dibanding wajah yang kotor tak tercuci… itu filosofi logikanya.
Yang kedua adalah Batu Altar yaitu sebuah batu datar mirip altar yang secara mitos tidak boleh di injak, karena dengan menginjak batu tersebut maka dipercaya akan terjadi hal buruk menimpa si penginjak.
Pada jaman orde baru, oleh kepala desa yang menjabat waktu itu, batu keramat itu dikubur atau ditimbun dengan tanah, mungkin tujuannya agar terlindungi dan tidak memancing ritual-ritual mistis yang serem, namun oleh kepala desa penerusnya tanah yang menutupinya kembali di gali, sehingga bisa kita saksikan saat ini.
Cerita laen meyakini bahwa batu tersebut merupakan nisan atau penanda dari makam Nyi Burintik, yaitu seorang tokoh jaman kerjaaan Pajajaran dulu yang menjadi pengasuh atau emban dari Nyi Rambut Kasih, seorang putri dari Raja Japura, dan menurut versi yang lain lagi, Nyi Rambut Kasih adalah Putri dari Raja Cipeujeuh. Who knows?
Dari serunya mitos dan sejarah yang bisa kita nikmati di Cikuya tersebut, maka cireboner merekomendasikan untuk mengunjungi dan memberikan support terhadap usaha pelestarian kura-kura Belawa ini dari kepunahan yang serius mengancam.
Bingung mo gimana cara menuju ke lokasi wisata Cikuya Kura-kura belawa ?
pake aja jasa ojek wisata cireboner.... so simple
Salam
Cireboner
Kura-kura Belawa juga butuh shoping
Dari hal itulah maka sangat memungkinkan dengan melelang nama kura-kura tersebut kepada instansi ataupun tokoh perorangan yang mempunyai kemampuan finansial berlebih, dengan dilelangnya nama tersebut maka setidaknya ada sense of belonging dari donator yang namanya disematkan pada kura-kura, selain dari sisi kebanggaan tentunya.
Belawa the undercover story
Jika kamu menuliskan di kolom direction gmap dari cirebon ke Belawa dimana kura-kura berada, maka gugel akan merekomendasikan jalur yang ternyata tidak bagus, oleh karenanya Cireboner merekomendasikan untuk melewati jalur Pantura kearah Sindang Laut sebuah pertigaan yang tak jauh dari lokasi PLTU Cirebon.
Sejarah Kura-Kura Belawa
Joko Saliwah adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan nama Joko Saliwah sendiri mempunyai arti seorang laki-laki yang berbeda (kelainan) dan yang membedakan dirinya dengan orang kebanyakan adalah wajahnya yang belang, tidak detail jelas tentang seperti apa belangnya, tetapi hal itu cukup membuat minder dan beban berat baik bagi keluarganya terlebih bagi si Joko Saliwah sendiri.