






























The Jepreter - Palutungan Landscape
Bolanger Notes » The Jepreter - Palutungan Landscape
- Pohon pinus menjulang tinggi
- Lokasi sekolah alam
- Bambu pikul
- Gaya bro Drajat
- Kelas photografi
- Yang lagi serius metering
- Gaya bro Sigit
- Gaya bro Tarsono
- Gaya dekbro
- Dari ketinggian bukit
- Makro style
- Menikmati view tanpa lensa
- merebak semak
- Suasana kelas
- Dinginnya air dari curug putri
- Tikungan terakhir
- Tanya kenapa?
Sebenernya sudah ada setidaknya dua target lokasi tujuan untuk blakra’an kali ini, yaitu air terjun dan Kebun teh Cipasung kesemuanyua berada di wilayah kabupaten Majalengka.
Namun disaat halaman terakhir referensi wahana, jalur, dan map dari kedua lokasi tersebut di print, sebuah email masuk.
Yup email itu berisi undangan dari sebuah komunitas atau lebih tepatnya calon komunitas penghobi photography di lingkup gaweku, yang berencana untuk hunting bareng sekaligus explore pembangunan sebuah lembaga pendidikan disana. Tepatnya di 700meter bukit palutungan.
Dari jumlah CC email tersebut ada lebih dari 10 orang yang diundang dan sepertinya akan seru, selain itu juga karena lokasinya yang deket dengan air terjun putri dan buper Palutungan, maka boleh lah…
Tikum
Sebuah rumah makan padang, dipilih sebagai titik kumpul untuk start menuju kabupaten Kuningan, dan bro Naufal menjadi orang terakhir yang bergabung dari 7 orang secara keseluruhan, dan menyisakan bro Hanhan, yang ternyata balik kucing dan nitip kamera saja untuk mewakilinya. :hadeuh
Dengan mode alon-alon asal kelakon, kami bersebelas (lho!?) beriringan berangkat menuju Kuningan dengan motor masing-masing, bersebelas karena sebagian ada yang beserta keluarganya, karena memang destinasinya yang cocok juga untuk acara keluarga.
Perjalanan dari Cirebon sampai pertigaan anu memakan waktu sekitar 1 jam lebih sedikit, semuanya menanjak karena memang kuningan merupakan lereng ciremai yang lebih tinggi posisinya dari cirebon yang berbatasan langsung dengan 0 mdpl.
Pos pendakian gunung Ciremai
Kami berhenti rehat sejenak di sebuah tempat yang biasanya dipakai oleh para hiker pendaki gunung Ciremai untuk preparing sebelum dan sesudah trekking, pos Palutungan namanya, karena ternyata bro Drajat terpisah jauh sejak pertigaan tersebut, dimana harusnya dia belok kanan mengikuti rombongan, malah lurus lebih jauh lagi … Hihihihi kesian
Sambil menunggu bro Drajat yang masih muter-muter nyasar di kota Kuningan, kami ngobrol sambil menikmati suasana dingin yang mulai terasa, terlihat beberapa orang pendaki sedang berkumpul dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk langkah pertama trekking menuju puncak Ciremai, demi melihat hal itu, ada sedikit yang mengusik… pengeeen!
20 menit kemudian bro Drajat terlihat menyusul, dan segeral kami lanjutkan menuju ke tekape.
Loket tiket
Karena lokasi sekolah alamnya berada di kawasan wisata air terjun Putri dan buper, maka kamipun harus melewati gerbang area wisata yang otomatis harus bayar tiket pula.
Terlihat tertempel disana bahwa tiket perorangan adalah Rp. 17000 dan masih ada tiket untuk motor, entah bagaimana pengaturannya sehingga untuk tiket masuk saja segitu mahal, belum lagi ketika parkir masih ada ongkosnya lagi, untuk bangun tenda, untuk berkemah, dan lainnya harus bayar terpisah. Menurutku harusnya tidak semahal itu, terlebih ketika didalam ita harus dipalakin oleh “sumbangan kebersihan”
Offroad
Memasuki area wisata buper Palutungan, kita mlipir turun ke lokasi sekolah alam yang terlihat masih 700 meter lagi.
Kondisi jalan masih belum permanen, dan boleh dibilang offroad, karena pada kenyataannya bebatuan terlihat jelas berserakan, dan jalur yang dicor pun hanya sebagian kecil, terlihat beberapa kali bro drajat harus berhenti dan mikir sejenak (atau ngumpulin nyali?) untuk kemudian lanjut perlahan…
“ kalau pake goes, sudah aku pikul tuh…” begitulah komentar bro Drajat untuk jalur offroadnya
Tak lebih dari 15 menit kemudian kami sudah sampai di tekape, sebuah komplek sekolah alam yang berada di sisi bukit hijau Palutungan, kami segera parkir dan mulai merasakan sejuknya alam.
Kelas Photography
Session pertama tentunya basa-basi dan berkenalan dengan sang pengasuh sekolah, kemudian kami berkumpul disebuah ruangan (mushola sekaligus kelas) untuk rehat dan sharing teknis, trik, dan trip, photography dari senior2 yang sudah duluan berkutat dengan kamera.
Topic awal dari kelas tersebut adalah bagaimana kita harus mengenal dan memahami feature yang ada di masing-masing kamera, setiap kamera memiliki standard feature yang berbeda, namun ada kesamaan standard yang bisa kita pelajari secara umum seperti ISO, ASA, EXPOSURE, BW, BG, dan POI (Point Of Interest) dan tanpa mengenal feature tersebut maka percayalah kamu hanya perlu set ke AUTO untuk kemudian pasrah pada kemampuan kamera untuk hasil terbaiknya :D
Dan bro Pajar menjadi tutor pertama di hunting pertama ini, segitiga basic pencahayaan, menjadi topic utamanya, dan segelas teh hangat dan segulung roti menjadi penyemangat lebih untuk memahami apa yang dipaparkan oleh sang tutor.
Kabut
Sejak dari Goa Maria, kedatangan kami sudah disambut oleh kabut yang berangsur menebal, jarak pandang menjadi semakin pendek, dan lebih gelap lagi ketika kelas sedang berlangsung, sehingga setting kamera difokuskan untuk memanipulasi landscape dengan kabut tebal.
Dengan dominasi kamera SLR dari dua brand paling terkenal, maka aku tidak perlu khawatir dengan hasil yang akan didapatkan, sehingga POI yang aku ambil adalah “dokumentasi” sehingga secara art tidak perlu berlebih karena yang penting photo tersebut bisa bercerita tentang apa yang terjadi di moment tersebut :ngeless
Landcape
Letak komplek sekolah alam yang sedang dalam tahap pembangunan itu sangat strategis dan mendukung proses belajar, mengajar, dimana udara sejuk, pemandangan luas menghampar hijau, pastinya akan lebih menenangkan.
Jika tanpa kabut, maka luasnya kota kuningan dibawah sana akan terlihat bagus, terlebih dengan view waduk dharma yang terlihat seperti kolam kecil, cukup memanjakan mata, dan bagaimana jika view itu dilihat dari ketinggian gedung berlantai tiga ? pasti seru!, dan itu juga yang akan terbangun nantinya.
Kesibukan dan keseriusan para jepreter terlihat banget, mereka berusaha mendapakan angle dan komposisi warna terbaik untuk bisa menampilkan kombinasi kesejukan alam, dan keharmonian tempat belajar, ada yang landcape, makro, dan juga portrait, yup mereka serius untuk menjadi photographer yang baik.
Trekking
Sambil menunggu kabut pergi, dan mencari angle yang terbaik, tak berasa kami mlipr semakin menaiki bukit, dan akhirnya kami putuskan untuk trekking menuju bumi perkemahan Palutungan dan juga Curug Putri untuk hunting photo dengan thema lainnya.
Melewati pematang kebun yang subur, kandang sapid an tempat pemerahan susu, juga jembatan dari sungai-sungai kecil, menjadikan trekking saat itu berasa back to nature.
Lumayan jauh ternyata jika sampai ke Curug Putri dengan jalan kaki, jaket yang awalnya membantu menahan dingin, kini menjadi sebab keringat berlebih. Tapi begitu sampai di buper Curug Putri, kesejukan kembali menyelimuti raga dan jiwa.
Curug Putri
Ada banyak kegiatan outdoor berlangsung di wahana itu, mulai dari pelantikan member baru komunitas PA, keluarga yang membangun tenda, dan tentu muda-mudi yang merasa mewarisi tempat itu, terlihat disana, kami melewatinya dengan sesekali mencuri capture photo mereka :P
Sebelum event itu berakhir, aku harus pamit cabut duluan dari Palutungan, karena di box motorku sudah ada beberapa destinasi laen yang harus aku explore, salah satunya adalah kebun teh Cipasung majalengka, yang berarti ruteku harus muter via cikijing.
Ban Jebol
Perjalanan pun berlanjut menuju Majalengka via Cikijing, dan perjalanan itu cukup berat, karena setidaknya aku harus terhenti untuk ganti ban luar dan dalamyang sobek terbentur batu…
Tunggu cerita seru perjalanan menuju Kebun teh Cipasung yah …
Salam
Cireboner