Cireboner - Ciremai Weekend Adventures - Ojek Wisata Cirebon - Ojek Wisata Kuningan - Souvenir Khas Cirebon - Souvenir Asli Cirebon - Ngebolang ke Cirebon
Have question?
Visits:
Today: 1All time: 1

Jangan Naik ke Gunung Batu!!!

Bolanger Notes » Jangan Naik ke Gunung Batu!!!

  • pos pendakian apuy
    pos pendakian apuy
  • curug 1 cicangkrung
    curug 1 cicangkrung
  • gerbang pos pendakian berkabut
    gerbang pos pendakian berkabut
  • jalur menuju puncak sangiang
    jalur menuju puncak sangiang
  • jalur pendakian ciremai apuy
    jalur pendakian ciremai apuy
  • menuju curug cicangkrung
    menuju curug cicangkrung
  • rute pendakian ciremai
    rute pendakian ciremai
  • view dari ketinggian sangiang
    view dari ketinggian sangiang
  • We was here - gazebo buper berod
    We was here - gazebo buper berod

Makjegagik alias makbedunduk a.k.a tiba-tiba saja,ada rasa pengen untuk begajulan lagi ngebolang ke ketinggian, cuman kalo untuk pendakian masih belum mungkin karena hari itu adalah minggu siang, artinya besoknya kudu gawe, dan untuk cuti mendadak bukan style aku :)

Akhirnya aku putusin untuk hunting trek begajulan ke ketinggian Majalengka yang memang mempunyai banyak spot view luar biasa, dan untuk lebih serunya kali ini aku ajakin sikecil Hita, itung-itung untuk mengenalkannya pada wahana outdoor, selain itu memang sikecil Hita adalah partner begajulanku yang sip.

Sebelumnya sempet aku coba cari temen dengan share di group wasap, tetapi mungkin karena ngedadak dan masing-masing sudah ada kesibukan maka tak satupun pancingan aku mendapat umpan, ah show must go on.

Setangki BBM untuk seharian seru

Di SPBU Rajagaluh, aku berhenti untuk refill BBM hingga full thank you dengan bajet 25K, ternyata satu thankQ Vega ZR bisa bertahan sampai aku kembali ke Cirebon… halaaah iklaaan :P

Kurang lebih 90 menit kami sudah sampai di Majalengka, tepatnya di bunderan Cigasong aku ambil kiri menuju arah kecamatan Maja, trek mulai nanjak, dan tanjakan cigasong sudah mempunyai popularitas sebagai tanjakan yang ajiib.

Dari pasar Maja, aku kembali mlipir ke jalan yang lebih kecil arah curug Muara Jaya, yup curug terbesar di Majalengka, mulai dari Cibunut perjalanan kamu akan disuguhi dengan pemandangan yang luas dan seru, beriring dengan kelokan dan tanjakan, kondisi jalur masih relatip bagus, meski ada yang rusakpun tidak seberapa parah, namun begitu safety riding selalu menjadi prioritas lho ya..

Gunung Batu

Sekitar jam 13:00 kami sudah sampai di tempat rehat favorit yang berada di punggung Gunung Batu, yup sebuah tempat eksotis yang siapapun akan tergoda untuk berhenti sejenak, dua jenak, hingga banyak jenak, jika melewatinya, disana ada sebuah warung kopi dengan pohon gede plus perempatan unyu-unyu untuk ke berbagai arah lembah, tersedia tempat duduk dibawah rindangnya pohon sebagai tempat memanjakan mata, sebelah kiri menjulang gunung batu dengan kokohnya, dan jika memandang kebawah, terlihat kelokan jalan yang memanjang menuju kejauhan.

Disitu kami bertemu dengan serombongan besar para adventurer trail perusak jalan kampong :ups! Yang juga sedang rehat sehabis menggaruk punggung Ciremai, kamipun berbaur, saling sapa, dan ngobrol seperti layaknya biker…

Jangan naik ke Gunung Batu!

Sebenernya sudah beberapa kali aku mampir ketempat keren tersebut, dan ternyata belum sempat sekalipun untuk memuncaki Gunung Batu, padahal cuman butuh waktu kurang dari 15 menit, untuk bisa menikmati view dari angle yang unik dan tidak semua orang bisa, maka kali ini aku pengen muncak, mlipir dari rombongan lalu menuju puncak.

Baru beberapa langkah, aku dan sikecil Hita sudah diteriaki dengan lantang untuk berhenti dan kembali turun, yup pak tua itu melarang kami untuk naik lebih tinggi lagi, eh tidak cuman pak tua itu, tetapi juga serombongan trail yang bersahutan juga ikut meneriaki kami, he he he berasa jadi pusat perhatian… halaaah!

Begitu kami turun kembali ke parkiran, pak tua yang tadi meneriaki kami tadi udah gak keliatan lagi, dan kemudian salah satu dari trailer tersebut menghampiri dan menjelaskan dengan ramah, kenapa sekarang siapapun dilarang untuk muncak ke Gunung Batu.

Ceritanya, pak tua tersebut mendapat tugas dari kepolisian setempat untuk memastikan bahwa tidak ada siapapun yang naik menuju puncak Gunung Batu, karena beberapa waktu sebelumnya (tidak jelas kapan) telah HILANG seorang pengunjung yang sedang narsis di puncak batu tersebut, hilangnya seseorang itupun masih kontroversi antara terjatuh kejurangnya atau hilang tersesat ke dimensi lain.

Sampai hari ini, misteri hilangnya orang di puncak Gunung Batu itu belum terpecahkan, itu kenapa pihak kepolisian mendelegasikan pak tua sangar tersebut untuk menjaga agar tidak ada satupun orang yang memuncaki gunung batu.

Entah kebenarannya begitu atau hanya salah satu cara untuk melindungi Gunung Batu dari penjarah dan perusak alam, tapi secara kondisi dan posisi puncak Gunung Batu sangat berebahaya, tanpa pagar, dan tanpa pepohonan yang menjadi second change untuk selamat dari benturan batu di jurang sana. Namanya juga gunung batu.

Mentok di puncak Sangiang

Dengan bubarnya rombongan trail, maka akupun meneruskan perjalanan menuju Sangiang yang masih lebih tinggi lagi, sebenarnya aku berharap akan menemukan jalur menuju Pos pendakian Apuy dari ketinggian Sangiang, tetapi setelah melewati perkampungan lalu offroad nanjak menuju hutan pinus, aku menemukan sebuah jalur setapak yang di verboden dengan palang besi, disitu juga ada papan peringatan pemerintah yang khas terdapat di jalur pendakian, atau batas hutan, dari situ aku mengira bahwa bisa jadi dengan mengikuti jalur setapak itu kami bisa sampai di bumi perkemahan Pos pendakian Apuy yang letaknya ada di bukit seberang.

Namun ketika mentok jalanan menjadi buntu dan tak ada cara lain selain balik, ada seorang petani yang lewat, akupun bertanya tentang kemungkinan adanya jalur tembus tersebut, yup hasilnya aku harus turun kembali menuju jalur curug Muara Jaya dan mlipir naek kea rah bumi perkemahan Apuy atau dituliskan dengan Buper Berod.

Nalar bocah

Sejenak kami istirahat, dan perbekalan kami buka, ternyata beberapa lipat roti sudah disiapkan, beserta minumnya, berdua di ketinggian menikmati makan bareng sikecil Hita sungguh luar biasa nikmat, salah satu obrolan kami yang menjadi menarik adalah dia masih merengek untuk minta ke gunung, padahal lokasi kami makan tersebut adalah lokai tertinggi yang jalurnyapun sudah buntu, dan menurut aku itu sudah “pergi ke gunung”, tetapi ternyata menurut nalar bocak TK itu adalah, kalau “pergi ke gunung” itu selain naik motor ofroad hingga ke ketinggian, juga ada trekking menyusuri hutan menuju ke suatu tempat, dan destinasi itu lebih kepada air terjun, goa, atau sebagainya…. Oooh gitu to?

OK sesuai rekuwes, kamipun turun menyusuri bukit hingga kembali ke jalur pertigaan sebelum ke air terjun Muara Jaya, lalu mlipir menuju jalur ke pos pendakian Apuy.

Jalurnya cukup nyaman dan jauh lebih mudah dibanding jalur sebelumnya di Sangiang, dengan cor di dua sisi jalur sangat memudahkan, view lahan pertanian cukup menghibur, dan tidak lebih dari 60 menit, kamipun tiba di gerbang pos pendakian Apuy.

Di buper Berod atau pos pendakian Apuy sudah sedemikan rame oleh para hiker yang baru turun dari ciremai, maupun yang akan naik dan yang cuman stay ngecamp ditempat tersebut, terlihat beberapa tenda sudah terbangun, dan gazebo yang ada pun juga penuh dengan pendaki yang sedang santai beristirahat, ada mushola, ada bilikkamar mandi dan WC, ada juga warung-warung yang menyediakan cemilan dan kopi mengitari pos pendaftaran dan pemeriksaan untuk pendakian ke Ciremai.

Trekking menuju air terjun

Setelah ngobrol sebentar dengan beberapa petugas dan pendaki, kami jalan-jalan mengelilingi buper, dan begitu menemukan petunjuk arah ke air terjun, maka pas sekali, kami trekking menuju air terjun yang kata petunjuk adalah 700 meteran.

Dengan menggendong Hita akupun berjalan meyusuri hutan pinus, sekitar 10 menit kemudian kami temui jalur sungai yang menuju curug 3, yup undakan batu dan semak merupakan kombinasi seru yang kami jalani dengan ngobrol, curug 3 merupakan curug terbawah dan masih ada dua tingkat curug lagi hingga ke curug 1.

Sampailah kami di curug 1 dan wow air yang begitu bening dan segerrr, gemuruh suara air terjunnya, plus rindangnya pepohonan dikedua sisi bukitnya cukup membuat suasana damai, keinginan untuk nyebur begitu kuat, tetapi karena baju ganti dan sandal tertinggal di box motor, maka terpaksa kami cukupkan dengan menyentuh airnya, dan membasuh muka dengan kesegarannya.

Tidak ada orang lain selain kami berdua, semula aku kira akan bertemu dengan pengunjung lain karena ramainya buper saat itu, mungkin bukan saat yang pas atau bisa jadi mereka sedang berada di zona nyaman dengan kopi, kabut, dan segernya suasana.

Accident!!!

Pada saat kembali dari air terjun, ketika di jalur datar dan aman, seperti biasa aku biarkan Hita untuk jalan sendiri, namun saat itu mungkin tuhan memperingatkan aku untuk lebih serius menjaganya dari kemungkinan jatuh dan celaka saat hiking, yup Hita mengalami jatuh dan terbanting keras, karena sepatunya tersangkut ranting yang ada di jalur, sungguh pengalaman yang paling mengerikan menakala dengan jelas terlihat bagaimana proses jatuhnya bocah TK itu dihadapanku, sedang aku tidak cukup cepat reflek dan respon untuk melindunginya.

Panik..? pasti! Ditambah dengan rasa bersalah yang sangat, Hita nangis kesakitan, segera lari dan aku tahan dia agar tidak langsung bergerak, aku khawatir ada sendi yang disposisi atau bahkan tulang yang patah, aku berusaha menenangkannya, sambil aku buka baju dan celananya, syukurlah tidak ada memar trauma dari disposisi atau patah tulang, kemudia aku angkat dia dan aku peluk untuk menenangkannya dan pastinya untuk menenangkan diriku sendiri jua, aku tanya bagian mana saja yang sakit, dan dia hanya menunjukkan pada pipi kirinya, aku check tidak ada luka dan darah.

Lebih dari 10 menit aku peluk Hita dan perlahan aku ajak bicara untuk memastikan bahwa dia sudah tenang dan traumanya hilang, kemudian dengan aku bopong, kami meneruskan trekking menuju buper.


Sesampainya di buper, kami kembali buka kotak perbekalan dan menikmatinya dengan sebotol susu coklat, ngobrol dan bercanda membuat keceriaannya kembali pulih, tak seberapa lama kemudian kami berkemas untuk pulang kembali ke Cirebon, selain karena mendung sudah semakin pekat, juga hari yang sudah sore sedang perjalanan masih jauh hingga sampai di Cirebon.

Pulas tidur Hita dilebatnya hujan

Perjalanan turun ternyata diiringi rintik gerimis hingga sampai di Masjid dekat pertigaan jalur ke Curug Muara Jaya, kami masih lanjut hingga sampai di sebuah pos ronda kami berhenti dan memakaikan rain coat kepada Hita.

Beberapa menit selepas dari Pasar Maja, kemudian ternyata Hita tertidur, sehingga maksimum safety riding pun mode ON, pelan dan hati-hati menjadi prioritas, sedang hujanpun sudah semakin lebat, cukup aneh karena hita bisa tidur dengan pulasnya, padahal percikan air sedikit banyak mengenai wajahnya dan tangannya yang memakai sarung tangan pun juga terbasahi oleh air, tetapi mungkin karena capek dan shock terjerembab tadi, menjadikan tidurnya tak terganggu oleh hujan deras, dan suara-suara jalan raya yang begitu bising.

Baru di bundaran lampu merah Cigasong, Hita bangun sehingga speed mulai bisa dinaikin untuk lebih cepat sampai rumah, hujan tak kunjung habis hingga sampai diperbatasan Sumber.

Petualangan seru untuk hita kali ini, kami akhiri dengan segelas coklat panas dan donat hangat.
Lalu kami mendengarkan Hita kecil menceritakan pengalamannya dengan seksama

Terimakasih Tuhan,
Terimakasih keluargaku tercinta.

 

Facebook
PRchecker.info